"Amerika telah mempersiapkan dan memperlengkapkan alat-alat bagi Wahabi untuk menghuru harakan perpaduan Muslimin, dari itu hendaklah kita memerhati mereka dan memperjelas kepada Umat Islam bahawa Wahabi bertujuan memecahbelahkan harakat umat Islam, sebagaimana Israel ditengah kaum muslimin, Wahabi juga bertugas menjadi musuh dalam selimut.... " Sayyed Ali Khamenei, semoga Allah melanjutkan usianya.

Sunday, December 20, 2009

Adakah Fathimah meridhai Abu Bakar dan Umar?


Adakah Fathimah meridhai Abu Bakar dan Umar?

Ditulis oleh: Riyahin

riyahin@ymail.com

Menjawab fitnah Wahabi dalam artikel “Apakah Abu Bakar Membuat Fatimah Murka?”

http://hakekat.com/component/option,com_docman/task,doc_download/gid,20/

Polemik dalam garis besar sejarah Islam, adalah suatu catatan kelam yang telah memilah umat menjadi dua kelompok.

Kelompok pertama, adalah mereka yang telah didoktrinisasikan bahawa semua sahabat adalah jujur dan adil serta Allah dan RasuNya meridhai mereka semua. Kelompok ini, dalam rangka mengkultuskan seluruh sahabat, telah terjebak dengan tafsiran-tafsiran cetek al-Quran yang disajikan oleh ulama-ulama mereka, selain dari sajian ratusan jika tidak ribuan, hadis-hadis palsu keutamaan para sahabat yang semuanya saling berbenturan dengan al Quran, hadis-hadis sahih yang disepakati, maupun mantik yang sihat.

Manakala kelompok kedua adalah mereka yang menggolongkan para sahabat berdasarkan ciri-ciri mereka:

a. Sahabat yang jujur dan bertakwa

b. Sahabat yang munafik

c. Sahabat yang menyakiti Nabi saaw dan selalu membangkang

Dalam tulisan ini, perbahasan yang dibawakan adalah mengenai polemik yang berlaku sesudah wafatnya Nabi Muhammad saaw, di antara puteri Baginda saaw yang tercinta, Penghulu Wanita Semesta Alam, Sayyidah Fatimah az Zahra as dengan Abu Bakar bin Abi Quhafah mengenai persoalan perwarisan Tanah Fadak dan kemarahan Sayyidah Fatimah az Zahra as.

Para pembela sahabat kebingungan menghadapi kemelut ini, kerana ia membabitkan dua pihak, yang menurut mereka berstatus besar dalam pandangan Islam.

Di satu pihak, berdirinya Sayyidah Fatimah az Zahra as, yang bangkit menuntut haknya ke atas Tanah Fadak. Kedudukan tinggi dan mulia Sayyidah Fatimah az Zahra as telah disabdakan oleh Baginda Rasul saaw, antaranya:

1. Nabi saaw bersabda: "Yang paling aku cintai dari Ahlul Baytku adalah Fatimah"

(Al-Jami' al-Sagheer, jilid 1, #203, hlm. 37; Al-Sawaiq Al-Muhariqa, hlm. 191; Yanabi' Al-Mawadda, jilid. 2, bab. 59, hlm. 479; Kanzul Ummal, jilid. 13, hlm. 93).

2. Nabi saaw bersabda: "Empat wanita pemuka alam adalah Asiah, Maryam, Khadijah dan Fatimah"

(Al-Jami' Al-Sagheer, jilid 1, #4112, hlm 469; Al-Isaba fi Tamayyuz Al-Sahaba, jilid 4, hlm 378; Al-Bidaya wa Al-Nihaya, jilid 2, hlm 60; Dakha’ir Al-Uqba, hlm 44).

3. Nabi saaw bersabda: " Fatimah adalah Penghulu wanita syurga"

(Kanzul Ummal, jilid 13, hlm 94; Sahih Al-Bukhari, Kitab Al-Fadha’il, Bab kelebihan Fatimah; Al-Bidaya wa Al-Nihaya, jilid 2, hlm 61).

4. Nabi saaw bersabda: "Fatimah adalah bagian dariku, yang membuatnya marah, membuatku marah"

(Sahih Muslim, jilid 5, hlm 54; Khasa’is Al-Imam Ali oleh Nisa’i, hlm 121-122; Masabih Al-Sunnah, jilid 4, hlm 185; Al-Isabah, jilid 4, hlm 378; Siar Alam Al-Nubala’, jilid 2, hlm 119; Kanzul Ummal, jilid 13, hlm 97; perkataan sama diguna dalam Al-Tirmidhi, jilid 3, bab kelebihan Fatimah, hlm 241; Haliyat Al-Awliya’, jilid 2, hlm 40; Muntakhab Kanzul Ummal, catatan pinggir Al-Musnad, jilid 5, hlm 96; Maarifat Ma Yajib Li Aal Al-Bait Al-Nabawi Min Al-Haqq Alaa Men Adahum, hlm 58; Dhakha’ir Al-Uqba, hlm 38; Tadhkirat Al-Khawass, hlm 279; Yanabi^ Al-Mawadda, jilid 2, bab 59, hlm 478).

Dan di satu pihak lagi, berdirinya Abu Bakar, tokoh yang mereka pandang kanan sesudah Rasulullah saaw.

Polemik bermula, saat Abu Bakar dilantik menjawat jabatan Khalifah, selepas pertelingkahan di Saqifah Bani Sa'idah, antaranya, Umar dan Abu Ubaidah di satu pihak dan kaum Ansar, di pihak yang lain.

Sayyidatina Fatimah az Zahra as, telah menuntut haknya ke atas tanah Fadak, yang menurut beliau adalah hadiah pemberian dari bapanya Rasulullah saaw, hal yang mana dinafikan oleh Abu Bakar.

Benarkah Fadak adalah pemberian Rsulullah saaw kepada puteri Baginda saaw? Mari kita perhatikan riwayat berikut:

Telah diriwayatkan dengan sanad yang Hasan bahwa Rasulullah saaw di masa hidup Beliau telah memberikan Fadak kepada Sayyidatina Fathimah as. Hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu Ya’la dalam Musnad Abu Ya’la 2/334 hadis no. 1075 dan 2/534 hadis no. 1409

قرأت على الحسين بن يزيد الطحان حدثنا سعيد بن خثيم عن فضيل عن عطية عن أبي سعيد الخدري قال : لما نزلت هذه الآية { وآت ذا القربى حقه } [ الاسراء : 26 ] دعا النبي صلى الله عليه و سلم فاطمة وأعطاها فدك

Qara’tu ‘ala Husain bin Yazid Ath Thahan yang berkata telah menceritakan kepada kami Sa’id bin Khutsaim dari Fudhail bin Marzuq dari Athiyyah dari Abi Said Al Khudri yang berkata “ketika turun ayat dan berikanlah kepada keluarga yang dekat akan haknya [Al Isra ayat 26]. Rasulullah saaw memanggil Fathimah dan memberikan Fadak kepadanya"

Lalu, saat Abu Bakar menjawat jabatan Khalifah, dia telah merampas Fadak dari Sayyidatina Fatimah az Zahra as dan memiliknegarakan Fadak.

Hadis tentang Fadak

Hadis ini terdapat dalam Shahih Bukhari Kitab Fardh Al Khumus Bab Khumus no 1345. Namun, di sini, kita lihat hadis tersebut dari Kitab Mukhtasar Shahih Bukhari oleh Syaikh Nashiruddin Al Albani jilid 3 hal 608 dengan no hadis 1345

Dari Aisyah, Ummul Mukminah RA, ia berkata “Sesungguhnya Fatimah AS binti Rasulullah SAW meminta kepada Abu Bakar sesudah wafat Rasulullah SAW supaya membahagikan kepadanya harta warisan bahagiannya dari harta yang ditinggalkan Rasulullah SAW dari harta fa’i yang dianugerahkan oleh Allah kepada Beliau.[Dalam riwayat lain: kamu meminta harta Nabi SAW yang berada di Madinah dan Fadak dan yang tersisa dari seperlima Khaibar 4/120] Abu Bakar lalu berkata kepadanya, [Dalam riwayat lain: Sesungguhnya Fatimah dan Abbas datang kepada Abu Bakar meminta dibagikan warisan untuk mereka berdua apa yang ditinggalkan Rasulullah SAW, saat itu mereka berdua meminta dibagi tanah dari Fadak dan saham keduanya dari tanah (Khaibar) lalu pada keduanya berkata 7/3] Abu Bakar “Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda “Harta Kami tidaklah diwaris ,Harta yang kami tinggalkan adalah sedekah [Sesungguhnya keluarga Muhammad hanya makan dari harta ini, [maksudnya adalah harta Allah- Mereka tidak boleh menambah jatah makan] Abu Bakar berkata “Aku tidak akan biarkan satu urusan yang aku lihat Rasulullah SAW melakukannya kecuali aku akan melakukannya] Lalu Fatimah binti Rasulullah SAW marah kemudian ia senantiasa mendiamkan Abu Bakar [Ia tidak mau berbicara dengannya]. Pendiaman itu berlangsung hingga ia wafat dan ia hidup selama 6 bulan sesudah Rasulullah SAW.


Ketika Fatimah meninggal dunia, suaminya Ali RA yang menguburkannya pada malam hari dan tidak memberitahukan kepada Abu Bakar. Kemudian ia menshalatinya.

Hadis ini dan yang serupa dengannya, benar benar membuat para pencinta Abu Bakar tidak senang duduk, jika mereka menerima perilaku Abu Bakar ini ke atas Sayyidatina Fatimah az Zahra as, berarti mereka juga harus membenarkan kesan dari perbuatan Abu Bakar itu dengan hadis Nabi saaw berikut:

Sesungguhnya Rasulullah Saaw berkata: "Fatimah bagian diriku, barang siapa memarahinya berarti memarahiku." (HR Bukhori, Fadhoilu Shahabat, Fathul Bari 7/78 H. 3714)

Namun, Iblis senantiasa mempunyai tentera tenteranya dari kalangan jin dan manusia, yang bekerja tanpa kenal lelah dan tidak malu pada Tuhan serta tidak takut pada Hari Pembalasan. Mereka harus mencari kambing hitam untuk dikorbankan guna menyelamatkan Abu Bakar. Hasil dari kesungguhan mereka itu, terhasillah hadis palsu berikut yang diangkat sebagai sabda Nabi saaw dan disucikan:

Diriwayatkan dari Bukhari dan Muslim dari hadist Al Miswar bin Makhromah berkata: Sesungguhnya Ali telah melamar putri Abu Jahal, Fatimah mendengarnya lantas ia menemui Rasul Saw berkatalah Fatimah: "Kaummu menyangka bahwa engkau tidak pernah marah membela anak putrimu dan sekarang Ali akan menikahi putri Abu Jahal," maka berdirilah Rasulullah Saw mendengar kesaksian dan berkata: "Setelah selesai menikahkan beritahu saya, sesunggunhya Fatimah itu bagian dari saya, dan saya sangat membenci orang yang menyakitinya. Demi Allah, putri Rasulullah dan putri musuh Allah tidak pernah akan berkumpul dalam pangkuan seorang laki-laki." Maka kemudian Ali tidak jadi melamar putri Abu Jahal (khitbah itu) (diriwayatkan Bukhori dalam kitab Fadhailu Shahabat)

"Hadis" ini membuatkan para pencinta Abu Bakar tenang, kerana mereka akhirnya mendapatkan kambing hitam terbesar, iaitu suami kepada puteri Nabi saaw sendiri, iaitu Imam Ali as. Dengan "hadis" ini, mereka berkata..."Jika ada yang membuat puteri Nabi saaw marah, maka Ali adalah orang pertama yang membuatnya marah"

Dengan cara ini, mereka bermaksud membungkam mulut sesiapapun yang cuba mendiskredit Abu Bakar dalam persoalan Fadak yang membuatkan Sayyidatina Fatimah az Zahra as marah. Namun benarlah firman Allah berikut:

وَمَكَرُوا وَ مَكَرَ اللهُ وَ اللهُ خَيْرُ الْماكِرينَ

"Mereka membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya" (QS Aali Imran:54.)

Hadis ini hakikatnya bermasalah dari banyak sisi, jika kita benar-benar teliti, inilah hadis yang dikutip daripada perawi yang sering bershalawat ke atas Muawiyah. Kemarahan Fathimah adalah kemarahan Rasulullah, didapati bahawa ianya tidak ada kaitan langsung dengan kisah dongeng tersebut.

فاطمة بضعة من فمن أغضبها أغضبني

صحيح البخاري: ج‏4 ص‏210 (ص‏710، ح‏3714)، كتاب فضائل الصحابة، باب 12، باب مناقب قرابة رسول الله و ج 7 ص 219 (ص‏717 ح‏3767)، كتاب فضائل الصحابة، باب 29، باب مناقب فاطمة

“Fathimah adalah sebahagian daripadaku, barangsiapa membuatkannya marah, maka dia membuatkan aku marah”. Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dan tidak disebut tentang Ali melamar puteri Abu Jahal. Muslim juga meriwayatkan hadis ini:

إنما فاطمة بضعة مني يؤذيني ما آذاها

صحيح مسلم: ج‏7 ص‏141 ح‏6202، كتاب فضائل الصحابة، باب 15 باب فضائل فاطمة بنت النبي

“Hanyalah Fathimah sebahagian daripada diriku, Aku merasa disakiti atas apa yang dia disakiti”. Namun tetap sahaja tidak disebut kisah dongeng tersebut. Hakim Nisyaburi juga menulis hadis ini:

إن الله يغضب لغضبك، ويرضى لرضاك

المستدرك: 3 / 153

“Sesungguhnya Allah turut murka dengan kemurkaanmu, dan meridhai dengan keridhaanmu” tetap saja tidak ada menyebut kisah dongeng tersebut.

Seluruh pengriwayatan Ahlusunnah tentang hadis Ali melamar puteri Abu Jahal yang meragukan itu telah diriwayatkan oleh Miswar bin Mukhramah. Zahabi dalam Sirul A’lam al-Nubala berkata: “Beliau adalah pendukung kuat Muawiyah” Urwah bin Zubair berkata:

وكان يثني ويصلي على معاوية، قال عروة: فلم أسمع المسور ذكر معاوية إلاّ صلّى عليه.

“Tidak sekali-kali aku mendengar Miswar menyebut Muawiyah melainkan dengan iringan shalawat ke atasnya (Muawiyah)” Sirul A’lam al-Nubala jilid 3 halaman 392.

Bershalawat ke atas Nabi menyebabkan kegembiraan Ahlul Bait namun sekarang apakah yang akan terjadi jikalau bershalawat ke atas Muawiyah? Bahkan dalam kitab Ahlusunnah menerangkan kriteria ini adalah tanda-tanda seorang Nashibi. Ibnu Hajar ‘Asqalani menulis:

والنصب، بغض علي وتقديم غيره عليه .

Nashibi adalah Baghdh (membenci) ‘Ali dan mengutamakan selainnya (Muawiyah) ke atasnya. -Muqaddimah Fath al-Bari, halaman 460

Kembali kepada persoalan Fadak. Apabila pencinta-pencinta Abu Bakar tidak dapat mematikan kisah marahnya Sayyidatina Fatimah az Zahra as terhadap Abu Bakar, mereka lalu membuat hadis tandingan, bahawa sebelum Sayyidatina Fatimah az Zahra as wafat, Abu Bakar telah memohon maaf darinya dan beliau as telah memaafkan Abu Bakar.

Benarkah kisah ini. Mari kita periksa riwayat tersebut:

Diriwayatkan oleh Al Hafidz Al Baihaqi dari Amir As Sya’bi, dia berkata, ketika Fatimah sakit Abu Bakr datang menemuinya dan meminta diberi izin masuk. Ali berkata padanya, “Wahai Fatimah, Abu Bakr datang dan meminta izin agar diizinkan masuk.” Fatimah bertanya, “Apakah engkau ingin agarku memberikan izin baginya?” Ali berkata, “Ya!” Maka Abu Bakr masuk dan berusaha meminta maaf kepadanya sambil berkata, “Demi Allah tidaklah aku tinggalkan seluruh rumahku, hartaku, keluarga dan kerabatku kecuali hanya mencari redha Allah, redha RasulNya dan Redha kalian wahai Ahlul Bayt.” Dan Abu Bakr terus memujuk sehingga akhirnya Fatimah rela dan akhirnya memaafkannya. (Dala’il An Nubuwwah, Jil. 7 Hal. 281)

Di sini Wahabi juga turut mengakui Fathimah marah terhadap Abu Bakar pada awalnya. Namun mereka mengatakan kedua Abu Bakar dan Umar mendapat keridhaan Fathimah di akhir hayat hidupnya seperti yang dinukilkan oleh Baihaqi.


Hakikatnya ketiadaan ridhanya Sayyidah Fathimah adalah asli dan berasas serta tidak dapat ditolak. Kemarahan Fathimah ini mencetuskan pertanyaan apakah sah kekhalifahan mereka berdua? Mengapa Sayyidah Fathimah penghulu wanita syurga ini tidak meridhai dan marah kepada mereka? Sedangkan menurut riwayat yang sahih sanadnya dalam kitab paling sahih Ahlusunnah mengatakan keridhaan Fathimah adalah keridhaan Rasulullah, kemarahan beliau adalah kemurkaan Allah.

Kerana itu pendukung Muawiyah telah gigih bekerja dan mengarang cerita untuk membuktikan bahawasanya kedua syaikh ini telah menemui beliau di akhir riwayat hidupnya memohon keridhaan dan Fathimah juga telah meridhai mereka!


Pertamanya: Sanad riwayat tersebut adalah Mursal; Sya’bi adalah daripada kalangan tabi’in dan dia sendiri tidak menyaksikan peristiwa yang berlaku. Riwayat ini sendiri mempunyai masalah.


Kedua: Jikalaulah kita anggap hadis daripada tabi’in ini dapat diterima sekalipun namun Riwayat daripada Sya’bi juga tidak dapat dipegang kerana Sya’bi adalah memusuhi Amirulmukminin dan seorang Nashibi. Kerana itu Bilazari dan Abu Hamid Ghazali menulis tentang Sya’bi seperti berikut:

عن مجالد عن الشعبي قال: قدمنا على الحجاج البصرة، وقدم عليه قراء من المدينة من أبناء المهاجرين والأنصار، فيهم أبو سلمة بن عبد الرحمن بن عوف رضي الله عنه... وجعل الحجاج يذاكرهم ويسألهم إذ ذكر علي بن أبي طالب فنال منه ونلنا مقاربة له وفرقاً منه ومن شره....

البلاذري، أحمد بن يحيى بن جابر (متوفاي279هـ) أنساب الأشراف، ج 4، ص 315؛

الغزالي، محمد بن محمد أبو حامد (متوفاي505هـ)، إحياء علوم الدين، ج 2، ص 346، ناشر: دار االمعرفة – بيروت.

Daripada Mujalid, daripada Sya’bi berkata: Kami telah memasuki kumpulan haji Bashrah. Ada sekumpulan Qari Madinah dari kalangan anak-anak Muhajirin dan Anshar yang disertai oleh Abu Salamah bin ‘Abdul Rahman bin ‘Auf… Kumpulan haji sibuk berbual-bual tentang Ali bin Abi Talib dan mencercanya, kamipun turut mencerca Ali…

Ansab al-Asyraf, jilid 4 halaman 315

Ihya ‘Ulumuddin, jilid 2 halaman 346

Apakah kita dapat berhujjah dengan riwayat seorang Nashibi? Seterusnya mari kita lihat kesilapan yang parah dilakukan oleh Hakekat.com yang cuba-cuba menukilkan hadis dari kitab Syiah untuk menafikan hak Fathimah yang menuntut tanah Fadak. Demi membela Syeikh mereka, mereka membawa bawa hadis-hadis Syiah, namun usaha mereka terkesan sia sia.

“Dari Ali dari ayahnya, dari Jamil dari kerabatnya dan Muhammad bin Muslim dari Abi Jafar berkata: "Wanita-wanita itu tidak dapat mewarisi sedikitpun dari tempat tingal di muka bumi ini." (Al Kaafi juz 7 hal 128)

Pertanyaan untuk kaum Syi'ah:

- Bagaimana Fatimah menuntut sesuatu yang diharamkan

terhadap kaum wanita berdasarkan mazhab Syi'ah Rafidhah ?

- Kenapa Abu Bakar dituntut untuk melakukan hal yang

diharamkan ?

- Kenapa Fatimah tidak mengikuti perintah-perintah Rasul

setelah tuntutannya terhadap warisan ?”

Golongan Nashibi menzahirkan diri mereka sebagai pendusta. Seakan-akan tidak ada orang yang akan meneliti kitab Syiah untuk melihat dakwaan mereka. Hadis tersebut telah kami temui dalam kitab al-Kafi jilid 7 halaman 175:

علي بن إبراهيم، عن محمد بن عيسى، عن يونس، عن محمد بن حمران، عن زرارة عن محمد بن مسلم، عن أبي جعفر عليه السلام قال: النساء لا يرثن من الارض ولا من العقار شيئا

Mengapa golongan Nashibi tidak mengeluarkan hadis di halaman seterusnya? Muhammad bin Muslim meriwayatkan:

أن المرأة لا ترث من تركة زوجها من تربة دار أو أرض

“Sesungguhnya perempuan tidak mewarisi apa yang ditinggalkan suaminya daripada tanah rumah atau tanah”. al-Kafi jilid 7 halaman 176

Maka telah terang kebenaran bagaikan pancaran matahari di waktu siang tanpa dilindungi awan, perempuan yang dimaksudkan dalam hadis tersebut adalah isteri, bukannya seorang putri tidak mewarisi harta seorang ayah.

Wahai Nashibi, apakah anda membaca keseluruhan kitab Syiah lalu hanya mengambil sebahagian hujjah semata-mata untuk memangkas kebenaran? Tidakkah kedatangan hak akan menyirnakan kebathilan? Anda memutar belit kenyataan namun hakikatnya pembaca sekarang akan menghukum anda sebagai pendusta.

Nashibi sekali lagi mengambil hadis Syiah:

“Ternyata riwayat di atas ada dalam kitab Syi'ah, diriwayatkan Al Kulaini dalam kitab-kitab Al Kaafi dari Albukthtari dari Abi Abdillah Jafar Asshadiq Ra sesungguhnya ia berkata: "Sesungguhnya ulama itu pewaris para Nabi dan para Nabi tidak mewariskan dirham atau dinar melainkan mewariskan beberapa hadist, barang siapa telah mengambil sebagiannya berarti telah mengambil bagian yang sempurna." Warisan yang benar adalah warisan ilmu dan kenabian dan kesempurnaan kepribadian bukan mewariskan harta benda dan keuangan.”

Hadis ini ditemui dalam kitab al-Kafi bab sifat ilmu, kelebihannya dan kelebihan ulama:

محمد بن يحيى، عن أحمد بن محمد بن عيسى، عن محمد بن خالد، عن أبي البختري، عن أبي عبدالله عليه السلام قال: إن العلماء ورثة الانبياء وذاك أن الانبياء لم يورثوا درهما ولا دينارا، وانما اورثوا أحاديث من أحاديثهم، فمن أخذ بشئ منها فقد أخذ حظا وافرا، فانظروا علمكم هذا عمن تأخذونه؟ فإن فينا أهل البيت في كل خلف عدولا ينفون عنه تحريف الغالين، وانتحال المبطلين، وتأويل الجاهلين

Pengriwayatan ini tidak sedikitpun menceritakan tentang warisan seorang bapa kepada anak, akan tetapi warisan ilmu kenabian kepada ulama. Kerana itulah al-Kulaini meletakkan hadis ini dalam bab ilmu, kelebihannya dan kelebihan ulama. Riwayat ini menumpukan perhatian kepada urusan kenabian bukanlah mengumpulkan harta dunia seperti tamakkan dirham atau dinar. Jelas sekali ia juga tidaklah bermaksud nabi Muhammad tidak meninggalkan warisan harta untuk puterinya namun para ulama mewarisi ilmu nabi, bukan keduniaan.

Tidak ada keridhaan Fathimah kepada Abu Bakar dan Umar menurut kitab yang paling sahih di kalangan Ahlusunnah

Kemarahan Fathimah terhadap Abu Bakar lebih terang dari sinaran matahari dan tidak seorangpun boleh mengingkarinya. Dalam kitab paling sahih di kalangan Ahlusunnah tercatat kata-kata Fathimah yang marah terhadap Abu Bakar.

Dalam kitab Abwab al-Khumus:

فَغَضِبَتْ فَاطِمَةُ بِنْتُ رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَهَجَرَتْ أَبَا بَكْرٍ فلم تَزَلْ مُهَاجِرَتَهُ حتى تُوُفِّيَتْ.

البخاري الجعفي، محمد بن إسماعيل أبو عبدالله (متوفاي256هـ)، صحيح البخاري، ج 3،‌ ص 1126، ح2926، باب فَرْضِ الْخُمُسِ، تحقيق د. مصطفى ديب البغا، ناشر: دار ابن كثير، اليمامة - بيروت، الطبعة: الثالثة، 1407 - 1987.

Maka telah marah Fathimah puteri Rasulullah (saw) dan meninggalkan Abu Bakar, marahnya berlanjutan sehingga beliau wafat.

Dalam kitab al-Maghazi, bab Ghurwah Khabir, Hadis 3998:

فَوَجَدَتْ فَاطِمَةُ على أبي بَكْرٍ في ذلك فَهَجَرَتْهُ فلم تُكَلِّمْهُ حتى تُوُفِّيَتْ

البخاري الجعفي، محمد بن إسماعيل أبو عبدالله (متوفاي256هـ)، صحيح البخاري، ج 4، ص 1549، ح3998، كتاب المغازي، باب غزوة خيبر، تحقيق د. مصطفى ديب البغا، ناشر: دار ابن كثير، اليمامة - بيروت، الطبعة: الثالثة، 1407 - 1987.

Fathimah marah pada Abu Bakar dan beliau tidak berbicara lagi dengannya sehingga wafat - Sahih Bukhari, jilid 4 halaman 1549, hadis ke 3998

Dalam kitab al-Faraidh hadis 6346:

فَهَجَرَتْهُ فَاطِمَةُ فلم تُكَلِّمْهُ حتى مَاتَتْ.

البخاري الجعفي، محمد بن إسماعيل أبو عبدالله (متوفاي256هـ)، صحيح البخاري، ج 6، ص 2474، ح6346، كتاب الفرائض، بَاب قَوْلِ النبي (ص) لا نُورَثُ ما تَرَكْنَا صَدَقَةٌ، تحقيق د. مصطفى ديب البغا، ناشر: دار ابن كثير، اليمامة - بيروت، الطبعة: الثالثة، 1407 - 1987.

Maka Fathimah meninggalkannya (Abu Bakar) dan tidak lagi berbicara dengannya sehingga meninggal dunia - Sahih Bukhari, jilid 6 halaman 2474, hadis ke 6346


Dalam riwayat ibnu Quthaibah, Fathimah tidak mengizinkan mereka masuk sewaktu Abu Bakar dan Umar datang untuk berziarah. Mereka terpaksa memohon Imam Ali (as) menjadi perantara namun gagal. Bahkan Fathimah memberikan maklum balas seperti berikut:


نشدتكما الله ألم تسمعا رسول الله يقول «رضا فاطمة من رضاي وسخط فاطمة من سخطي فمن أحب فاطمة ابنتي فقد أحبني ومن أ رضى فاطمة فقد أرضاني ومن أسخط فاطمة فقد أسخطني

Kami bersumpah demi Allah atas anda berdua, apakah kalian tidak dengar apa yang Rasulullah katakan: Ridha Fathimah adalah ridhanya aku, marahnya Fathimah adalah marahnya aku, maka barangsiapa yang menyebabkan keridhaan anakku Fathimah maka ia pun membuatkan aku ridha, barangsiapa yang menyebabkan kemarahan Fathimah maka ia membuatkan aku marah

نعم سمعناه من رسول الله صلى الله عليه وسلم.

Kedua mereka menjawab: Iya kami telah dengari ia daripada Rasulullah (saw).

Setelah itu Fathimah berkata:

فإني أشهد الله وملائكته أنكما أسخطتماني وما أرضيتماني ولئن لقيت النبي لأشكونكما إليه.

Maka sesungguhnya saya bersaksi demi Allah dan malaikatnya, sesungguhnya kalian berdua menyebabkan saya marah dan membuatkan saya tidak ridha, saya akan mengadu tentang kalian berdua ketika pertemuan saya dengan nabi.

Tidak cukup dengan ini Fathimah menambah lagi:

والله لأدعون الله عليك في كل صلاة أصليها.

الدينوري، أبو محمد عبد الله بن مسلم ابن قتيبة (متوفاي276هـ)، الإمامة والسياسة، ج 1،‌ ص 17، باب كيف كانت بيعة علي رضي الله عنه، تحقيق: خليل المنصور، ناشر: دار الكتب العلمية - بيروت - 1418هـ - 1997م.

Demi Allah, akan saya mengutuk anda setiap kali selesai shalat. - Al-Imamah wa siyasah, jilid 1 halaman 17

Dengan kenyataan ini bagaimanakah dapat kita percaya bahawa Sayyidah Fathimah meredhai mereka berdua? Apakah riwayat Bukhari yang diutamakan atau riwayat Baihaqi? apakah ia juga diriwayatkan oleh seorang musuh Ali bin Abi Talib yang menyaksikan sendiri peristiwa itu?

Ketiga: Jikalau Fathimah az-Zahra meridhai mereka berdua, mengapa beliau meninggalkan wasiat agar ia dikebumikan di waktu malam serta jangan di kasi khabar kepada orang yang menzaliminya untuk mengiringi dan menshalati jenazahnya?

Muhammad bin Ismail al-Bukhari menulis:

وَعَاشَتْ بَعْدَ النبي صلى الله عليه وسلم سِتَّةَ أَشْهُرٍ فلما تُوُفِّيَتْ دَفَنَهَا زَوْجُهَا عَلِيٌّ لَيْلًا ولم يُؤْذِنْ بها أَبَا بَكْرٍ وَصَلَّى عليها

البخاري الجعفي، محمد بن إسماعيل أبو عبدالله (متوفاي256هـ)، صحيح البخاري، ج 4، ص 1549، ح3998، كتاب المغازي، باب غزوة خيبر، تحقيق د. مصطفى ديب البغا، ناشر: دار ابن كثير، اليمامة - بيروت، الطبعة: الثالثة، 1407 - 1987.

Fathimah hidup setelah wafatnya nabi (saw) selama enam bulan. Maka ketika ia wafat, suaminya Ali bin Abi Talib mengkebumikannya di waktu malam dan tidak diizinkan Abu Bakar menshalatinya. - Sahih Bukhari, jilid 4 halaman 1549, hadis 3998, pencetak Dar Ibn Kathir – Beirut


Ibu Qutaibah al-Dainuri menulis dalam Takwil Mukhtalif al-Hadis:


Fathimah (ra) telah meminta harta pusaka ayahnya daripada Abu Bakar. Apabila ia tidak memberikan pusaka kepadanya, Fathimah bersumpah tidak akan berbicara lagi dengannya buat selama-lamanya, dan mewasiatkan agar ia dikebumikan di waktu malam supaya tidak dihadiri Abu Bakar. Maka beliau dikebumikan di waktu malam.


وقد طالبت فاطمة رضي الله عنها أبا بكر رضي الله عنه بميراث أبيها رسول الله صلى الله عليه وسلم فلما لم يعطها إياه حلفت لا تكلمه أبدا وأوصت أن تدفن ليلا لئلا يحضرها فدفنت ليلا

الدينوري، أبو محمد عبد الله بن مسلم ابن قتيبة (متوفاي276هـ)، تأويل مختلف الحديث، ج 1،‌ ص 300، تحقيق: محمد زهري النجار، ناشر: دار الجيل، بيروت، 1393، 1972.

Takwil Mukhtalaf al-Hadis, jilid 1 halaman 300


Abdul Razak Shan’ani menulis:

عن بن جريج وعمرو بن دينار أن حسن بن محمد أخبره أن فاطمة بنت النبي صلى الله عليه وسلم دفنت بالليل قال فر بها علي من أبي بكر أن يصلي عليها كان بينهما شيء

Daripada Hasan bin Muhammad berkata: bahawa Fathimah binti Nabi (saw) telah dikebumikan di waktu malam supaya Abu Bakar tidak menshalatinya. Di antara mereka berdua ada sesuatu.

Dia menambah:

عن بن عيينة عن عمرو بن دينار عن حسن بن محمد مثله الا أنه قال اوصته بذلك.

الصنعاني، أبو بكر عبد الرزاق بن همام (متوفاي211هـ)، المصنف، ج 3،‌ ص 521، ح 6554 و ح 6555، تحقيق حبيب الرحمن الأعظمي، ناشر: المكتب الإسلامي - بيروت، الطبعة: الثانية، 1403هـ.

Daripada Hasan bin Muhammad meriwayatkan seperti ini dengan mengatakan beliau (Fathimah) mewasiatkan seperti itu (dimakamkan di waktu malam). - Al-Mushannaf al-Maktabah al-Islamiyah - Beirut, jilid 3 halaman 521, hadis 6554 dan 6555, cetakan kedua 1403 H

Namun ada juga orang berkata: Abu Bakar setelah itu menyesal dan bertaubat, dalam menjawab perkara ini hendaklah kita katakan: Taubat itu ada waktu yang bermanfaat dan berharga, diiringi dengan penyesalan mendalam dalam keinginan insani. Jikalau sudah berlalu ia hendaklah membayar ganti rugi sebagai tanda sesal seorang yang bertaubat dan hak dikembalikan kepada pemiliknya.

Pertanyaan kami ialah apakah Abu Bakar mengembalikan tanah Fadak kepada Sayyidah Fathimah sehingga taubatnya menjadi taubat Nasuha yang diterima tuhan?

Kemarahan Fathimah terhadap Abu Bakar dan Umar ini berlarutan sehingga akhir hayatnya dan beliau tidak sekali-kali meridhai mereka. Permasalahan ini dalam kitab paling sahih Ahlusunnah setelah al-Quran telah cuba dipintas oleh riwayat Baihaqi yang mengatakan mereka berdua telah mendapat keridhaan Fathimah. Namun pengriwayatan ini tidak dapat dipegang kerana wujudnya seorang Nashibi dalam silsilah sanadnya.

No comments:

Post a Comment